Suatu pagi, Abah bangun dengan ide brilian: “Aku mau jualan jahe merah!” Sejak pandemi, jahe merah makin populer karena dipercaya bagus buat daya tahan tubuh. Apalagi, Abah punya kebun kecil di belakang rumah yang penuh dengan jahe merah hasil panen sendiri.
Tanpa pikir panjang, Abah langsung membuat iklan di internet: “Jual Jahe Merah, Segar dari Kebun Abah!”
Beberapa jam kemudian, muncul calon pembeli pertama yang bernama Bu Lina. Percakapan dimulai dengan semangat.
Bu Lina: “Selamat pagi, Abah Adil. Saya tertarik beli jahe merahnya. Berapa harganya per kilo?”
Abah: “Pagi, Bu Lina! Harga spesial buat Ibu, cuma Rp50.000 per kilo. Dijamin segar!”
Bu Lina: “Wah, murah sekali ya. Tapi jahe merahnya ditanam sendiri atau beli dari pasar?”
Abah: “Ditumbuhin sendiri di kebun, Bu! Organik, tanpa pupuk kimia, disiram air doa setiap pagi.”
Bu Lina: “Hahaha… Air doa, Pak?”
Abah: “Iya, Bu. Setiap pagi saya siram sambil bilang, ‘Tumbuhlah, wahai jahe merah, jadilah yang paling kuat dan sehat!’ Jadi pasti manjur buat kesehatan, Bu.”
Bu Lina tertawa di balik pesan teksnya. Tapi, dia masih penasaran dan lanjut bertanya.
Bu Lina: “Kalau jahe merah ini bisa diseduh seperti biasa, kan?”
Abah: “Tentu, Bu. Bisa diseduh, dibuat wedang, campuran jamu, bahkan kalau Ibu mau, bisa dijadikan tambahan bumbu masak. Tapi, hati-hati ya, Bu. Jahe merah ini kuat banget! Kalau kebanyakan, bukan hangat lagi, bisa-bisa terasa seperti lidah dibakar.”
Bu Lina: “Wah, segitu pedasnya, ya?”
Abah: “Betul, Bu. Jahe merah ini punya karakter yang nggak main-main. Tapi justru itu yang bikin badan jadi kuat. Sekali teguk, langsung keringat deras keluar, seperti habis maraton!”
Bu Lina: “Hahaha… Wah, menarik juga. Kalau beli 2 kilo, bisa dikasih bonus nggak, Abah Adil?”
Abah: “Wah, kalau Ibu beli 2 kilo, saya kasih bonus cerita inspiratif tentang cara menanam jahe merah biar berbuah lebat.”
Bu Lina: “Hahaha… Abah ini lucu sekali. Tapi saya serius, Pak.”
Abah: “Oke, Bu! Bonusnya saya tambahin sejumput jahe merah ekstra buat cobain resep rahasia wedang jahe Abah.”
Akhirnya, Bu Lina setuju beli 2 kilo jahe merah. Esoknya, ia datang ke rumah Abah untuk mengambil pesanan.
Saat sampai di depan rumah, Bu Lina langsung disambut dengan aroma segar jahe merah yang sedang dijemur di halaman. Abah menyapa dengan ramah sambil membawa dua kantong plastik berisi jahe merah segar.
Bu Lina: “Wah, wangi sekali, Abah Adil. Ini jahe merah segar yang saya pesan?”
Abah: “Iya, Bu. Segar dari kebun, baru dicabut kemarin. Kalau Ibu mau, bisa langsung dibuat wedang di rumah.”
Bu Lina: “Saya jadi nggak sabar nih. Terima kasih ya, Abah Adil!”
Sebelum pulang, Bu Lina sempat berkomentar, “Kalau jahe merah ini bikin saya jadi kuat banget, siap-siap aja saya pesen lagi, ya!”
Abah tertawa dan membalas, “Siap, Bu Lina! Kalau Ibu jadi makin kuat, nanti saya kasih tahu cara ngeredam tenaga ekstra itu biar nggak jadi superhero mendadak!”
Bu Lina pun pulang dengan jahe merah di tangan dan senyum di wajah. Dan Abah, seperti biasa, kembali ke kebun jahe merahnya, siap untuk panen berikutnya sambil bersiap menyebar candaan di tengah bisnis sederhana.
Tamat.